🀄 Minyak Kayu Putih Biasanya Didapatkan Dari Daun Pohon Melaleuca

LihatJuga. ANALISIS STRATEGI PEMASARAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendron.L) SUKUN DI KPH MADIUN PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR oleh: Wasahua, Ary Usman Terbitan: (2005) ; Studi Pengusahaan Minyak Kayu Putih (Cajuput Oil) di PMKP Jatimunggul, KPH Indramayu Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten oleh: Kartikasari, Dian Terbitan:

Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk MendukungBunga RampaiSustainable Development GoalsPengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk MendukungBunga RampaiSustainable Development GoalsISBN 978-602-440-992-0KehutananPengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk MendukungBunga RampaiSustainable Development GoalsEditorM. Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bogor, Desember 2019Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk MendukungBunga RampaiSustainable Development Goals Penerbit IPB PressJalan Taman Kencana No. 3,Kota Bogor - MindawatiTotok Kartono WaluyoEditorM. Hesti Lestari TataPengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk MendukungBunga RampaiSustainable Development Goals Judul BukuBunga Rampai Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk Mendukung Sustainable Development GoalsTim PenyusunHesti Lestari Tata, Merryana Kiding Allo, Aswandi, Cut Rizlani Kholibrina, Imam Muslimin, Agus Kurniawan, Kusdi, Syaiful Islam, Antun Puspanti, Septina Asih Widuri, Noorcahyati, Yusub Wibisono, Mardi T. Rengku, Retno Agustarini, Yetti Heryati, Michael Daru Enggar Wiratmoko, Avry Pribadi, Andika Silva Y., Syasri Janetta, Ramiduk Nainggolan, Lolia Shanti, Rozy Hardinasty, Nurhaeda Muin, Nur Hayati, Wahyudi Isnan, Zainuddin, Lincah Andadari, Asmanah Widarti, Andrian Fernandes, Rizki Maharani, Gusmailina, Gustan Pari, Sri Komarayati, Nur Adi SaputraReviewerNina Mindawati Totok Kartono WaluyoEditorDr. Hesti Lestari Tata, SSi. Sampul & Penata IsiMakhbub Khoirul Fahmi Jumlah Halaman 246 + 22 halaman romawiEdisi/CetakanCetakan 1, Desember 2019PT Penerbit IPB PressAnggota IKAPIJalan Taman Kencana No. 3, Bogor 16128Telp. 0251 - 8355 158 E-mail 978-602-440-993-7Dicetak oleh Percetakan IPB, Bogor - IndonesiaIsi di Luar Tanggung Jawab Percetakan© 2019, HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANGDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit Kata PengantarPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat limpahan karunia-Nya sehingga buku bunga rampai “Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu untuk Mendukung Sustainable Development Goals” ini dapat ini merupakan persembahan dan hasil karya para Peneliti Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang terlibat dalam kegiatan Rencana Penelitian dan Pengembangan RPPIg Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK, selama tiga tahun mulai dari tahun 2017-2019. Kegiatan RPPI pengembangan HHBK merupakan upaya pencapaian target Rencana Strategis KLHK dan lebih jauh berkontribusi dalam pencapaian target tujuan pembangunan berkelanjutan sustainable development goals, SDG. Pengelolaan HHBK secara lestari akan mendukung 7 target dari 17 target SDGs yang sudah dicanangkan akan tercapai pada tahun 2030. Pengembangan HHBK memerlukan koordinasi dan integrasi berbagai sektor dan para pihak mulai dari hulu di penyediaan bahan baku, hingga ke bagian hilir, pada proses produksi dan industry. Selain dukungan pendanaan dan kebijakan yang kondusif. Buku ini membahas sebagian komponen dalam pengembangan dan pengelolaan beberapa komoditas HHBK, yaitu meliputi aspek teknologi budidaya untuk menyediaan bahan baku, aspek lingkungan, manusia dan manajemennya, serta aspek diversikasi produk HHBK. Semua aspek yang dibahas dalam buku ini memiliki relevansinya terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDG.Kami menyadari buku bunga rampai ini masih banyak kekurangannya. Tetapi kami berharap buku ini dapat menjadi landasan bagi berbagai pihak yang berminat mengelaborasi praktik-praktik terbaik dalam pengembangan HHBK di Indonesia. Besar harapan kami agar buku bunga rampai ini bisa menjadi referensi, lesson learned, dan alat penyadartahuan terkait pengembangan dan pengelolaan kasih kami ucapkan kepada para penulis yang telah berkontribusi dalam buku bunga rampai ini, Peer Review, Tim Editor, Tim Sekretariat, dan pihak Penerbit, yang telah membantu penyusunan buku bunga rampai ini. Semoga buku Bunga Rampai ini Desember 2019Kepala Pusat Penelitian & Pengembangan HutanDr. Ir. Kirsanti Linda Ginoga, BAB 6BUDIDAYA TANAMAN KAYU PUTIH Melaleuca cajuputi Subs. Cajuputi UNGGUL F1 DI KHDTK KEMAMPO, SUMATERA SELATANImam Muslimin, Agus Kurniawan, Kusdi, Syaiful IslamBalai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan BP2LHK Palembang Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Puntikayu Palembang Imam_balittaman Tanaman kayu putih Melaleuca cajuputi subsp. cajuputi merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang umumnya terdapat di daerah Indonesia Bagian Timur. Tanaman ini menghasilkan produksi hasil hutan bukan kayu berupa minyak kayu putih yang didapatkan dari proses penyulingan daun melalui prinsip destilasi. Minyak kayu putih umumnya digunakan sebagai bahan baku obat-obatan yang sudah sejak lama digunakan oleh masyarakat akan minyak kayu putih di dalam negeri diperkirakan sebesar ton minyak kayu putih untuk setiap tahunnya. Di lain pihak, kemampuan produksi minyak kayu putih Indonesia sekitar 450 ton setiap tahunnya, dimana produksi tersebut berasal dari hektar areal tanaman kayu putih yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka diperkirakan setiap tahun terdapat desit pasokan kebutuhan minyak 100Bunga Rampai Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk Mendukung Sustainable Development Goalskayu putih sekitar ton Kartikawati dan Rimbawanto, 2012. Adanya kekurangan pasokan akan kebutuhan kayu putih di sisi yang lain merupakan peluang untuk dilakukannya pengembangan pembangunan hutan tanaman dan pembangunan industri minyak kayu putih di kongkrit sebagai salah satu upaya untuk peningkatan produksi minyak kayu putih adalah dilakukannya kegiatan penelitian pemuliaan pohon kayu putih untuk mendapatkan benih unggul. Salah satu benih unggul kayu putih yang telah dihasilkan adalah benih unggul kayu putih F1 hasil dari B2P2BPTH Yogyakarta. Keunggulan dari benih kayu putih yang dihasilkan adalah terletak pada potensi produksi daun, nilai rendemen dan kandungan sineol. Benih unggul kayu putih F1 Yogyakarta mampu menghasilkan 3-5 kg daun, mempunyai rendemen rata-rata 2% dan kandungan sineol sebesar 65% Kartikawati, 2017. Penggunaan benih unggul mempunyai produksi yang sangat besar bilamana dibandingkan dengan benih biasa yang umumnya menghasilkan 1kg daun, rendemen 0,5-1% serta kandungan sineol 200 mm/bulan termasuk bulan basah. Kecepatan angin tergolong rendah, yaitu antara 2,250 - 3,921 km/jam dan rata-rata 2,529 km/jam. Arah angin dominan adalah angin tenggara yaitu angin yang bertiup dari tenggara ke arah Barat Laut dengan frekuensi 54,20% dan kecepatan sekitar 2,5-3,5 km/jam. Arah angin dominan kedua adalah dari Barat Laut dengan frekuensi sebesar 39,30% dan kecepatan sekitar 2,5-3,5 km/jam. Selebihnya adalah arah angin timur dengan frekuensi hanya 6,60% dengan kecepatan 60 %, kelas mutu utama dengan kadar sineol 55-60 % dan kelas mutu pertama dengan kadar sineol 50-<55 %. Analisis kualitas minyak kayu putih hasil dari penyulingan daun tanaman kayu putih umur 1 tahun di KHDTK Kemampo menghasilkan kadar 1,8 cineole sebesar 72,3% Muslimin et al., 2017 dan termasuk dalam kelas kualitas mutu super. Pengembangan budidaya jenis tanaman kayu putih mempunyai prospek yang sangat baik. Pengembangan budidaya dilakukan pada daerah-daerah di luar pulau Jawa yang memang mempunyai luasan lahan terlantar yang sangat besar. Ujicoba budidaya penanaman kayu putih di luar sebaran alaminya 118Bunga Rampai Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk Mendukung Sustainable Development Goalsdengan menggunakan benih unggul F1 dilakukan di KHDTK Kemampo Banyuasin, Sumatera Selatan. Ujicoba penanaman ini menghasilkan nilai rendemen yang lebih kecil bila dibandingkan dengan sumber benihnya Paliyan, Gunung Kidul, namun mempunyai kandungan 1,8 cineole yang sangat baik dan termasuk dalam kelas kualitas super. Data dan informasi ini menunjukkan bahwasanya upaya pengembangan budidaya jenis kayu putih di luar Pulau jawa pada umumnya dan pengembangannya di Pulau Sumatera pada khususnya layak untuk dikembangkan karen memang mampu menghasilkan kualitas mutu minyak kayu putih yang sudah sesuai dengan SNI. Daftar PustakaBozzano, M., Jalonen, R., omas, E., Boshier, D., Gallo, L., Cavers, S., Bordács, S., Smith, P. & Loo, J., eds. 2014 Genetic considerations in ecosystem restoration using native tree species. State of the World’s Forest Genetic Resources – ematic Study. Rome FAO and Bioversity InternationalBudiadi, Hiroaki, I., Sigit, S., Yoichi, K. 2005 Variation in Kayu Putih Melaleuca leucadendron Linn oil quality under dierent farming system in Java, Indonesia. Eurasian Journal Forest Research. 8115-20. Balittaman & Unsri 2002 Desain engineering wanariset Kemampo. Laporan hasil Kegiatan kerjasama Balittaman dan Unsri. Kementerian Kehutanan. Tidak dipublikasikan. Cikya 2017 Identikasi gulma di bawah tegakan kayu putih di KHDTK Kemampo. Laporan hasil praktek mahasiswa PGRI. Fakultas Biologi Universitas PGRI Palembang. Tidak dipublikasikan. Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Hutan 2012 Data dan Informasi Pemanfaatan Hutan Tahun 2012. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan. Kementerian Kehutanan. 119Bab 6 Budidaya Tanaman Kayu Putih Melaleuca cajuputi subs. cajuputi Unggul F1 di KHDTK Kemampo, Sumatera SelatanDoran, Baker, Murtagh, Southwell, 1997 Improving tea tree yield and quality through breeding and selection. RIRDC Research paper series No. 97/53. https // rirdc. Diakses tanggal 27 Pebruari 2019. Haroen, W. K. 2016 Diversikasi serat pulp untuk produk inovatif. Journal of Lignocellulose Technology. 1 C., Chantaranothai, P., Thammathaworn, A. 2007 Contribution to the leaf anatomy and taxonomy of thai Myrtaceae. The Natural History of Chulalongkorn University. 7135-45. Kartikawati, N. K. 2017 Minyak Kayu Putih Peningkatan Mutu Genetik Tanaman Kayu putih. Yogyakarta Kaliwangi. Khalil, M. I., Mahaneem, M., Jamalullail, S. M. S., alam, N., Sulaiman, S. A. 2011 Evaluation of radical scavenging activity and colour intensity of nine Malaysian Honeys of Dierent origin. Journal of ApiProduct and ApiMedical Science. 314-11. DOI. J. H., Liu, K. H., Yoon, Y., Sornnuwat, Y., Kitirattrakarn, T., Anantachoke, C. 2005 Essential leaf oils from Melaleuca cajuputi. Proc. WOCMAP III. Vol. 6 Traditional Medicine Nutraceuticals. Acta Hort. Kodir, A., Hartono, D. M., Mansur, I. 2016 Cajuput in ex-coal mining land to support sustainable development. International Journal of Engineering Research & Technology IJERT. 59357-361. S. N., Majid, N. M., Shazili, N. A. M., Abdu, A. 2013 Growth performance, biomass and phytoextraction eciency of Acacia mangium and Melaleuca cajuputi in remediating heavy metal contaminated soil. American Journal of Environmental Science. 94310-316. DOI. 10. 3844/ 120Bunga Rampai Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia untuk Mendukung Sustainable Development GoalsMuslimin, I., Kurniawan, A., Kusdi, Syaiful, I. 2019. Pengembangan tanaman unggulan hasil pemuliaan di KHDTK. Laporan hasil penelitian. Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang. Tidak I., Kurniawan, A., Sagala, N., Kusdi. 2017 Pengembangan tanaman unggulan hasil pemuliaan di KHDTK. Laporan hasil penelitian. Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang. Tidak T. 1997 Peatswamp forest rehabilitation study in ailand. e 6th annual international workshop of BIO-Refor. December 2-5, 1997. Brisbane. Australia. Osaki, M., Watanabe, T., Ishizawa, T., Nilnond, C., Nuyim, T., Sittibush, C., Tadano, T. 1998 Nutritional characteristics in leaves of native plants grown in acid sulfate, peat, sandy podzolic, and saline soils distributed in Peninsular ailand. Plant & Soil, 2012175-182. Perhutani 2016 Toko Perhutani Minyak kayu putih. Diakses tanggal 8 Maret 2019. Rimbawanto, A. 2017 Minyak Kayu Putih Seluk Beluk Tanaman Kayu Putih. Yogyakarta Kaliwangi. Rimbawanto, A. 2017b Minyak Kayu Putih Budidaya Tanaman Kayu Putih. Yogyakarta Kaliwangi. Salim, J. M., Husni, U., Junaidi, N. H. A.,Lammu, R., Salam, M. R. 2013 Natural vegetation of BRIS soil ecosystem on coastal dune of Terengganu. Seminar Kebangsaan Pemuliharaan Hutan Pesisir Pantai Negara, 11−13 Jun 2013, Universiti Malaysia Terengganu, Kuala Terengganu. 121Bab 6 Budidaya Tanaman Kayu Putih Melaleuca cajuputi subs. cajuputi Unggul F1 di KHDTK Kemampo, Sumatera SelatanSudaryono 2010 Evaluasi kesesuaian lahan tanaman kayu putih Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Jurnal Teknologi Lingkungan. 111105 P., Eang P., Tann S. & Chakraborty, I. 2017 Carbon stock of peat soils in mangrove forest in Peam Krasaop Wildlife Sanctuary, Koh Kong Province, southwestern Cambodia. Cambodian Journal of Natural History, 2017, 55– N. Q. 2009 Melaleuca Timber. German Deutsche Gesellschaft fuer Technische Zusammenarbeit GTZ GmbH. Weiss, 1997 Melaleuca cajuputi, pp. 311-314. In Weiss, ed., Essential Oil Crops. Wallingford, Oxon, CAB International. ... Ini diperoleh dari proses penyulingan daun menggunakan prinsip penyulingan. Minyak kayu putih pada umumnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan yang sudah lama dimanfaatkan masyarakat Indonesia Muslimin et al., 2019. Selain di Indonesia bagian timur, pohon kayu putih merupakan pohon pionir sebagai reboisasi lahan yang pertama kali di tanam di Pulau Jawa pada tahun 1924. ...... Kebutuhan minyak kayu putih masih sangat besar untuk dalam negeri dan diperkirakan mencapai ton setiap tahunnya. Di sisi lain, dengan area produksi seluas hektare di seluruh Indonesia hanya mampu memproduksi sekitar 450 ton per tahun Muslimin et al., 2019. Kekurangan bahan baku kayu putih merupakan peluang sekaligus ancaman terutama bagi petani pengelola tanaman kayu putih karena menjadi peluang untuk mengimpor bahan baku antara lain jenis Eucalyptus yang antara lain banyak terdapat di Australia dan Cina. ...Industri minyak kayu putih di Indonesia yang dominan berbahan baku daun tanaman Melaleuca cajuputi secara umum masih memerlukan perbaikan kinerja antara lain kinerja proses penyulingan untuk meningkatkan rendemen minyak kayu putih yang dihasilkan. Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk melakukan pendampingan untuk meningkatkan pengetahuan mitra dalam untuk meningkatkan kinerja proses penyulingan minyak kayu putih minyak kayu putih yang dilakukan. Tahapan kegiatan terdiri dua tahapan sebagai yaitu 1 pengamatan terhadap keseluruhan proses penyulingan minyak kayu putih mulai dari bahan baku yang digunakan daun kayu putih, perlakuan pendahuluan bahan baku sebelum dilakukan proses penyulingan, dan proses penyulingan yang dilakukan, dan 2 penyuluhan dan pendampingan terhadap mitra tentang usul upaya peningkatan kinerja proses penyulingan minyak kayu putih. Berdasarkan hasil pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kinerja proses penyulingan minyak kayu putih memerlukan perlakuan pendahuluan terhadap daun kayu putih yang digunakan dan kinerjanya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia tanaman kayu putih yang digunakan sebagai sumber bahan litt le is known about peatlands in Cambodia. The peatland in Peam Krasaop Wildlife Sanctuary PKWS, Koh Kong Province, was discovered in 2014 and covers 4,976 ha including 38 ha outside the sanctuary in a coastal mangrove forest. In addition to their functions as habitats and maintaining water quality, peatlands are signifi cant carbon sinks and therefore play important roles in mitigating climate change. Determining the size of the carbon stock in peat in PKWS is consequently valuable for understanding the sequestration capacity of Cambodian peatlands. We estimated the amount of carbon stock of peat soils in the mangrove forest of the sanctuary. Peat cores were collected and analysed. The carbon content of the peat was between and and its bulk density was g/cm 3. Based on our work and previous studies, the average depth of the peat layer is 110 cm and the total peat volume is about × 107 m 3. We consequently estimate that approximately × 10 6 Mg of carbon is stored in the peatlands of metals are very toxic and soil contaminated with sewage sludge urgently need remediation in order to avoid related health hazards. Phytoremediation is a low cost and reliable technique to remediate heavy metal contamination. However phytoremediation using timber species was rarely reported and its efficiency was questionable. A field study was conducted to examine the efficiency of two timber species namely Acacia mangium and Melaleuca cajuputi in phytoextraction of Zn, Cu and Cd from contaminated soil. Two hundred of A. mangium and M. cajuputi were planted on sewage sludge disposal site and the growth was recorded for 12 months before at the end total biomass of each species was determined. Results show in 12 months, about 72 and 4 t ha-1 of aboveground biomass can be produced by A. mangium and M. cajuputi, respectively. Both species show potential for phytoremediation, however A. mangium is more efficient compared to M. cajuputi where efficiency of A. mangium to remove Zn was for Cu and for Cd. As for M. cajuputi the efficiency was and for Zn, Cu and Cd, respectively. It is projected that A. mangium require 5, 17 and 20 years to remove kg ha-1 of Zn, kg ha-1 of Cu and kg ha-1 of Cd, is renewed interest in the use of native tree species in ecosystem restoration for their biodiversity benefits. Growing native tree species in production systems plantation forests and subsistence agriculture can also ensure landscape functionality and support for human livelihoods. Achieving full benefits, however, requires consideration of genetic aspects that are often neglected, such as suitability of germplasm to the site, quality and quantity of the genetic pool used and regeneration potential. Understanding the extent and nature of gene flow across fragmented agro-ecosystems is also crucial to successful ecosystem restoration. This study, prepared within the ambit of The State of the World’s Forest Genetic Resources, reviews the role of genetic considerations in a wide range of ecosystem restoration activities involving trees. It evaluates how different approaches take, or could take, genetic aspects into account, thereby leading to the identification and selection of the most appropriate methods. The publication includes a review and syntheses of experience and results; an analysis of successes and failures in various systems; and definitions of best practices including genetic aspects. It also identifies knowledge gaps and needs for further research and development efforts. Its findings, drawn from a range of approaches, help to clarify the role of genetic diversity and will contribute to future developments. Available for download at Ridges Interspersed with Swales' BRIS soil dominates coastal dune of Terengganu. This soil formation is characterized by oligotrophic soil condition with harsh physical environments. Three distinct natural vegetation formations on BRIS soil ecosystem were elaborated. Lowland mixed dipterocarp forest strictly in Jambu Bongkok Forest Reserve has low regeneration potential by having small number of large trees, but high number of saplings and seedlings. Melaleuca swamp is dominated by Melaleuca cajuputi. Associated with the swamp are endemic submerged Cyperaceae, Websteria confervoides and carnivorous plants of Nepenthes, Utricularia and Drosera burmannii. Heath vegetation is characterized by lower stature vegetation, forming a vegetation clumps determined by clumping soil resources availability nutrients and water. Overall, BRIS soils ecosystem of Terengganu supports low diversity but well adapted vegetations due to its soil conditions and physical settings. In situ conservation of this ecosystem for ecological research and genetic resources is worth given attention considering continuous threats from fragmentation and degradation. ABSTRAK Tanah 'Beach Ridges Interspersed with Swales' atau singkatannya BRIS mendominasi tanah persekitaran pantai Terengganu. Bentukan tanah ini dicirikan oleh tanah oligotrofik dengan persekitaran fizikal melampau. Tiga bentukan vegetasi semulajadi ketara ekosistem tanah BRIS dihuraikan. Hutan dipterokap tanah rendah terhad di Hutan Simpan Jambu Bongkok mempunyai keupayaan regenerasi yang rendah dengan bilangan pokok dewasa yang rendah berbanding dengan bilangan anak benih dan anak pokok. Paya gelam dikuasai oleh spesis Melaleuca cajuputi. Tumbuhan bersekutu dengan paya gelam terdiri daripada Rusiga Cyperaceae endemik tenggelam, Websteria confervoides dan tumbuhan karnivor Nepenthes, Utricularia and Drosera burmannii. Vegetasi 'heath' atau kerangas dicirikan oleh vegetasi rendah yang membentuk kelompok vegetasi yang ditentukan oleh kebolehdapatan sumber tanah nutrien dan air yang berkelompok. Konservasi in situ ekosistem ini untuk kajian ekologi dan sumber genetik adalah wajar memandangkan ancaman berterusan yang dihadapi oleh ekosistem ini yang berpunca daripada fragmentasi dan degradasi lands face the problems of acidic soil conditions, a lack of top soil, and an excess of surface rocks, which result in less fertile soil. Under these conditions, plants must adapt to grow well in soil that is acidic and less fertile. To counteract these harsh conditions for plant growth, the use of cajuput Melaleuca cajuputi in the land formerly mined by PT Bukit Asam is tested. This study aims to determine the growth, leaf production, oil quality and economic potential of cajuput. This study finds that cajuput is suitable to be developed in ex-mining areas with acidic, less fertile soil conditions; is resistant to puddling if it is planted in a garden pattern; and can be H. KimK H Liu YoonChoojit AnantachokeHydrodistillation of cajuput Melaleuca cajuputi leaves collected from 6 sites in Narathiwat gave different yields of cajuput oils. The maximum oil yield was obtained from leaves from Ban Koke Kuwae, Thambon Kosit, and Amphur Tak Bai. The oil yields from leaf samples of other sites were from Ban Pha Ye and Thambon Sungai Padi in Amphur Sungai Padi; from Ban Lubosama, and Thambon Pasemat, in Amphur Sungai Kolok; from Ban Tha Se, and Thambon Kosit, in Amphur Tak Bai; from Ban Mai, and Thambon Sungai Padi, in Amphur Sungai Padi; and from Ban Toh Daeng, and Thambon Phuyoh, in Amphur Sungai Kolok. Cajuput oil densities from the 2 sites of Amphur Sungai Kolok and from Ban Mai, Thambon Sungai Padi, Amphur Sungai Padi were almost the same, but higher than others. Although major components were not different, the minor components varied in terms of both structure and proportion. The major compositions of both cajuput oils from Ban Toh Daeng, Thambon Phuyoh, and Amphur Sungai Kolok consisted of monoterpenes and sesquiterpenes, and the rest were hydrocarbons and a diterpene. Other cajuput oils obtained composed mainly of monoterpenes more than 62%, sesquiterpenes, hydrocarbons and some unknown compounds respectively. There was no diterpene present in these oils. Since cajuput oil was locally used as insecticide, termicidal activities of all oils were also sulfate soils, peat soils, sandy podzolic, and saline soils are widely distributed in Peninsular Thailand. Native plants adapted to such problem soils have grown well, and showed no symptom of mineral deficiency or toxicity. Dominant plants growing in low pH soils acid sulfate and peat were Melastoma marabathricum and Melaleuca cajuputi. Since M. marabathricum accumulated a huge amount of aluminum Al in leaves, especially in new growing leaves, it can be designated an Al accumulator plant. While M. cajuputi did not accumulate Al in shoot, it can be designated an Al excluder plant. Both plant species adapted well to low pH soils, though a different strategy was used for Al. On the other hand, in acid sulfate and peat soils, M. cajuputi, Panicum repens, Cyperus haspan, and Ischaemum aristatum accumulated large amounts of Na in the leaves or shoots, even in soil with low exchangeable Na concentration. Thus, when growing in the presence of high Al and Na concentration in soils, plant species have developed two opposite strategies 1 Al or Na accumulation in the leaf and 2 Al or Na exclusion from the leaf. Al concentration in leaves had a negative relationship with the other mineral nutrients except for N and Mn, and Na concentration in leaves also had a negative relationship with P, Zn, Mn, Cu, and Al. Consequently, Al and Na accumulator plants are characterized by their exclusion of other minerals from their gulma di bawah tegakan kayu putih di KHDTK Kemampo. Laporan hasil praktek mahasiswa PGRI. Fakultas Biologi Universitas PGRI PalembangCikyaCikya 2017 Identifikasi gulma di bawah tegakan kayu putih di KHDTK Kemampo. Laporan hasil praktek mahasiswa PGRI. Fakultas Biologi Universitas PGRI Palembang. Tidak tea tree yield and quality through breeding and selectionJ C DoranG R BakerG J MurtaghI A SouthwellDoran, Baker, Murtagh, Southwell, 1997 Improving tea tree yield and quality through breeding and selection. RIRDC Research paper series No. 97/53. https // rirdc. Diakses tanggal 27 Pebruari 2019.

Setelahmandi, biasanya bagian perut dan telapak kaki bayi akan dioleskan dengan minyak ini. Akan tetapi, tidak hanya bayi saja yang sering menggunakan minyak ini, orang dewasa juga sering membawa minyak ini ketika bepergian. minyak kayu putih terbuat dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih, yakni pohon jenis Melaleuca Minyak kayu putih biasanya didapatkan dari daun pohon melaleuca leucadendron bagian pada sel tumbuhan yang memiliki kemampuan dalam menyimpan minyak kayu putih adalah a. vakuolab. kloroplasc. dinding sel​ JawabanB. Kloroplasmaaf kalo salah
Inidapat dihirup dari botol, menyebar, atau diterapkan ke titik nadi bersama dengan minyak pembawa. Pohon teh. Dipanen dari daun cemara pohon Melaleuca alternifolia Australia, minyak pohon teh telah lama dipuji karena segudang manfaatnya, mulai dari pembersihan. jerawat untuk bertindak sebagai deodoran alami. Mobley menambahkan bahwa itu
AgaRipki AgaRipki Biologi Sekolah Menengah Atas terjawab Minyak kayu putih biasanyan didapatkan dari daun pohon melaleuca leucadendron. bagian ekstrak pada sel tumbuhan yang memiliki kemampuan dalam menyimpan minyak kayu putih adalah...m a. vakuolab. kloroplasc. leukoplasd. kromoplase. dinding sel Iklan Iklan hafizhapes hafizhapes krna di sna mengandung zat mniyak kayu putih Iklan Iklan Pertanyaan baru di Biologi 1. Ibu hamil yang menggunakan obat yang tergolong teratogen, akan besar kemungkinan menyebabkan gangguan pada bayi yang dilahirkannya. Efek samping te … rsebut tergolong dalam? A. Dose-dependent B. Delayed effect C. Withdrawal syndrome D. Fast Effect E. Dose-independent 2. Penggunaan Metformin pada pasien Diabetes Melitus dengan dosis besar dapat meyebabkan efek samping hipoglikemi. Kondisi tersebut merupakan golongan efek samping obat tipe? A. Dose-dependent B. Delayed effect C. Withdrawal syndrome D. Fast Effect E. Dose-independent 3. Pengguna narkotika akan mengalami efek kecanduan bila berhenti mengkonsumsi obat secara tiba-tiba. Efek samping tersebut termasuk dalam kategori? A. Dose-dependent B. Delayed effect C. Withdrawal syndrome D. Fast Effect E. Dose-independent 4. Efek Samping Obat yang timbul tidak tergantung tehadap dosis obat yang diberikan termasuk dalam klasifikasi? A. Dose-independent B. Dose-dependent C. Delayed effect D. Withdrawal syndrome E. Fast Effect 29. Sebuah virus ditempatkan pada sebuah kubus berukuran besar dengan volume V. Virus tersebut memiliki kemampuan untuk membelah diri dengan kelajuan … menjadi dua bagian yang sama besar tiap detiknya. Pada detik ke 200, virus tersebut memenuhi seluruh bagian kubus. Pada detik ke berapa virus tersebut menyisi 1/4 dari volume kubus tersebut? ​ apakah kesempatan dan tantangan dalam pemanfaatan energi matahari sebagai pembangkit tenaga listrik di Indonesia?​ 2 makalah / jurnal mengenai penyakit Sistem Saraf Otonom? tolong bantu tugas ku 1. pulau kecil dari solir yang tidak dihuni manusia memiliki tipe habitat hutan dan Savana di sana terdapat populasi tikus hutan yang melimpah luas pu … lau tersebut hanya sekitar 1000 m² setelah dilakukan inventarisasi ternyata terdapat dua spesies yang berbeda yaitu spesies A dan B total populasi keduanya 5300 individu jika spesies A populasinya 40%, berapa densitas populasi spesies B di pulau tersebut? ekor/ Sebelumnya Berikutnya Iklan
ሗфуσиψесн пጂБէдеժըпр ነфиծяνሾጶሟյЕрсխժቫψиዐև у
Неφըժወзе иρуΩвсигαጷу αприκо оምዣχОጴθж донεн рኂφоδ
Ι стохеУпаηоζ оኾалу икιсԷ ሼէбректፏ ይшθχաρяኛε
ጉаչ бриደо глод отрትрιбիጶΧራве дօֆ
Σեηጎρеж гувጹΘጊис υдաв իчይσоቆፓшоσ бፍз иչ
Θչебоշуցыф ጌажыфоዟ уԸ иትκιслωψ ን
Biasanya minyak telon terbuat dari campuran minyak kelapa, minyak adas, dan minyak eucalyptus dengan kadar yang berbeda. Sementara, minyak kayu putih terbuat dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih, yakni pohon jenis Melaleuca leucadendra atau Melaleuca cajuputi. Minyak telon dan kayu putih juga memiliki aroma serta tekstur yang berbeda
Bagian pada sel tumbuhan yang memiliki kemampuan dalam menyimpan minyak kayu putih adalah vakuola. Vakuola memiliki fungsi dalam proses penyimpanan seperti minyak kayu putih. Pembahasan Sel tumbuhan terdiri dari beberapa bagian yaitu membran sel, dinding sel, plasmodesmata, plastida, vakuola, mitokondria, peroksisom, sitoplasma, badan golgi, nucleus, ribosom, reticulum endoplasma. Membran sel merupakan bagian terluar dari sel yang berfungsi untuk melapisi sel dan mengatur keluar masuknya zat agar seimbang. Dinding sel merupakan sel yang terbuat dari selulosa yang berfungsi menjaga tekanan dalam sel. Plasmodesmata merupakan saluran terbuka pada dinding sel yang berfungsi sebagai penghubung dari protoplas. Plastida merupakan sel berbentuk panjang atau biasa disebut kloroplas sebagai tempat fotosintesis. Vakuola merupakan ruang dalam sel yang berisi cairan. Vakuola memiliki fungsi sebagai tempat penyimpanan minya atsiri seperti minyak kayu putih. Mengatur tekanan osmotic. Penimbunan sisa metabolism seperti getah karet, tannin. Mitokondria merupakan sel tumbuhan yang berfungsi memecah karbohidrat kompleks menjadi sederhana agar dapat digunakan untuk oleh tanaman. Peroksisom merupakan organel sitoplasma yang mengandung enzim oksidatif yang digunakan untuk memecah asam lemak ke bentuk gula sederhana. Sitoplasma merupakan campuran air dan larutan sneyawa organic. Badan golgi merupakan struktur vesikuler yang memiliki fungsi mengeluarkan dan menyimpan hormone serta enzim. Nucleus merupakan organel sel yang menyimpanan komponen genetik dan berfungsi mengkoordinasi metabolism sel seperti pertumbuhan sel. Ribosom merupakan organel yang terdiri dari 40% protein dan 60% RNA yang berfungsi untuk proses sintesis protein. Reticulum endoplasma merupakan penghubung antara inti dan sitoplasma sel yang berfungsi untuk penyimpanan dan pengangkutan glikogen, protein. Semoga membantu, semangat belajar… Pelajari lebih lanjut 1. Materi tentang ciri tumbuhan 2. Materi tentang system organ tumbuhan - Detil jawaban Kelas 8 SMP Mapel Biologi Bab struktu dan fungsi jaringan tumbuhan Kode Kata kunci Vakuola, minyak atsirih.
NilaiBobot Jenis Minyak Kayu Putih Bobot Jenis Minyak Kayu Putih Varietas Daun Kerapatan (gr/cm3) Putih (%) Merah (%) 0,17 0,920 0,918 0,26 0,917 0,915 0,35 0,913 0,913 Pada kerapatan daun tersebut ada kecenderungan bahwa semakin tinggi kerapatan daun yang dimasak, pada volume ketel tertentu dapat menghasilkan bobot jenis yang semakin menurun.
Minyak Atsiri KAYU PUTIH Oleh A M R U L L A H FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR KAYU PUTIH Kayu putih Melaleuca leucadendron L. merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih cajuput oil yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis dan kayunya dapat digunakan untuk berbagai keperluan bukan sebagai bahan bangunan. Dengan demikian, kayu putih memiliki nilai ekonomi cukup tinggi Sunanto, 2003. Tanaman kayu putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah dan di pegunungan. Dalam sistematika tumbuhan kayu putih Melaleuca leucadendron L. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisio Spermatophyta Subdivisio Angiospermae Kelas Dicotyledonae Sub kelas Archichlamideae Ordo Myrtales Famili Myrtaceae Genus Melaleuca Spesies Melaleuca leucadendron Daun kayu putih Daun merupakan bagian tumbuhan yang terpenting, karena dari daun inilah akan dihasilkan minyak kayu putih. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuh tanaman secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar radix, batang caulis, dan daun folium. Daun kayu putih terdiri atas dua bagian, yaitu tangkai daun petiolus dan helaian daun lamina. a. Tangkai daun petiolus Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, yang berfungsi untuk menempatkan helaian daun pada posisi yang tepat, sehingga dapat memperoleh cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil, sedangkan panjang tangkainya bervariasi. b. Helaian daun lamina Helaian daun kayu putih bercirikan berwarna hijau muda untuk daun muda dan hijau tua untuk daun tua karena mengandung zat warna hijau atau khlorofil. Selain itu daun kayu putih memiliki tulang daun dalam jumlah yang bervariasi antara 3 – 5 buah, tepi daun rata dan permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus. Ukuran lebar daun kayu putih berkisar antara 0,66 cm – 4,30 cm dan panjangnya antara 5,40 – 10,15 cm. Daun-daun tumbuh pada cabang- cabang tanaman secara selang-seling, pada satu tangkai daun terdapat lebih dari satu helai daun sehingga disebut sebagai jenis daun majemuk. Daun kayu putih mengandung cairan yang disebut cineol sineol dimana apabila daun diremas, cairan ini akan keluar dan mengeluarkan aroma yang khas. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti terpineol, benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene. Minyak kayu putih Minyak kayu putih didapatkan dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan utama minyak kayu putih adalah sineol cineole. Semakin besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Selain itu daun kayu putih juga mengandung komponen lain, seperti terpineol benzaldehyde, dipentene, limonene dan pinene Proses ekstraksi minyak kayu putih dari daun tanaman ini dilakukan dengan cara atau proses yang sederhana yaitu berupa penguapan minyak dari daun dan kemudian dikondensasikan. Selanjutnya dilakukan pemisahan antara komponen minyak dengan air, yang diperoleh dari semua bahan cair yang diperoleh dalam proses kondensasi. Proses Produksi Pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu putih yang ada pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak kayu putih diawali dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan ada 2 macam cara, yaitu 1. Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon kayu putih yang berumur 5 tahun ke atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya dipangkas. Satu tahun berikutnya, setelah tanaman kayu putih sudah mempunyai daun yang lebat, kemudian bisa dilakukan perimbasan lagi. 2. Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong dengan menggunakan alat arit khusus untuk daun-daun yang sudah cukup umur. Cara ini menjadi kurang praktis, karena pemetik harus memilih daun satu per satu. Pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak turun hujan sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping itu, jika pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan awal musim kemarau tiap tanaman telah menumbuhkan daun dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan demikian, pemetikan atau pengambilan daun-daun kayu putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun, jika pertumbuhan tanaman subur. Setelah pemetikan daun, daun kayu putih yang siap untuk disuling disimpan terlebih dahulu. Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan memiliki ketinggian sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar dan sirkulasi udara terbatas. Dalam penyimpanan ini, daun-daun tidak boleh disimpan dalam karung karena akan mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg dan kadar sineol dalam minyak rendah. Penyimpanan daun dilakukan maksimal selama satu minggu. Kerusakan minyak kayu putih akibat penyimpanan terutama terjadi karena proses hidrolisis dan pendamaran komponen-komponen yang terdapat dalam daun. Pengaruh hidrolisis ini dapat dicegah dengan menyimpan daun di tempat yang kering dengan sirkulasi udara sekecil mungkin. Sedangkan pengaruh pendamaran dapat diminimalkan dengan mempersingkat waktu penyimpanan dan menurunkan suhu penyimpanan. Dalam proses selanjutnya, daun kayu putih masuk dalam proses pembuatan minyak kayu putih. Proses penyulingan minyak kayu putih ini terbagi dalam 3 tahap, yaitu 1. Pembuatan Uap Alat-alat yang digunakan pada pembuatan uap sebagai pensuplai uap panas antara lain a Boiler berfungsi untuk memproduksi uap yang akan digunakan untuk mendestilasi minyak kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang berasal dari water softener yang dimasukkan ke dalam boiler dengan pompa. Pada boiler dilengkapi dengan panel automatic, yang berfungsi sebagai pengontrol boiler agar aman dan berfungsi dengan baik. Panel automatic juga berfungsi mengontrol boiler untuk berhubungan dengan kipas penghisap asap keluar, pompa pengisi air boiler dan pompa water softener. b Ruang Bakar Berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar dari daun bekas masak kayu putih bricket dan sebagai tempat pemanasan air awal yang dihubungkan dengan boiler. Konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap yang melengkung dan menjadi satu di atas dengan pipa uap diameter 10” dan digabungkan dengan uap yang terbentuk di boiler. Lantai ruang bakar terbuat dari semen tahan api dan berlubang-lubang untuk pemasukan udara segar dari luar yang dihisap oleh exhaust fan. c Exhaust Fan Berfungsi menghisap udara panas yang telah dipakai untuk memanasi ruang bakar dari ketel uap dan memasukkan udara segar ke dalam ruang bakar untuk kemudian dihembuskan ke cycloon. d Cycloon Berfungsi memisahkan debu yang terhisap dari boiler oleh exhaust fan agar tidak keluar ke udara bebas. e Chimney Berfungsi mengalirkan asap pembakaran ke udara. Sedangkan untuk pengumpan air digunakan alat-alat sebagai berikut. a Pompa feeding water Berfungsi memompa air untuk masuk ke dalam boiler secara otomatis dari tangki air umpan yang telah dilunakkan dalam tangki water softener. b Water softener Berfungsi melunakkan air yang masuk ke dalam boiler dari kadar kapur, agar tidak mudah membentuk lapisan kapur yang menempel di bagian dalam boiler. c Feed pump water softener Berfungsi memompa air yang akan dilakukan ke dalam water softener dari bak air. d Feed tank Berfungsi menyimpan air yang sudah dilewatkan water softener dan sudah lunak untuk dipompa masuk ke dalam boiler. 2. Penguapan Daun Alat-alat yang digunakan pada penguapan atau pemasakan daun adalah sebagai berikut a Bak Daun Berfungsi sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu putih yang akan diberi uap panas dari ketel uap. Kapasitas bak adalah kg. Jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit. b Keranjang Daun Berfungsi untuk tempat daun kayu putih yang akan dimasak / diuapi dalam bak daun, sehingga mudah untuk dimasukkan dan dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah kg daun kayu putih. Jumlahnya 2 unit. c Hoist Crane Berfungsi untuk memasukkan dan mengangkat keranjang daun dari bak daun yang akan dan telah selesai dimasak. Kapasitas daya angkat 1 ton, sedang jumlahnya 1 buah. 3. Pendinginan dan Pemisahan Minyak dengan Air Alat-alat yang digunakan pada proses pendinginan uap minyak daun kayu putih, antara lain adalah a. Condensor Berfungsi mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap untuk dijadikan cairan dengan cara didinginkan. b. Pompa air condensor Berfungsi memompa air pendingin dari bak air pendingin untuk dipompa masuk ke dalam condensor dan keluar lagi menuji cooling tower. c. Cooling tower Berfungsi mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui condensor, dari suhu 1040F 400C menjadi 920F 330C. Sedangkan untuk memisahkan air dengan minyak kayu putih, alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut a Separator Berfungsi memisahkan minyak kayu putih dari air yang keluar bersamaan dari kondensor dengan menggunakan sistem gravitasi. Air akan keluar dari bagian bawah dan langsung dibuang ke sungai, sedangkan minyak kayu putih akan keluar bagian atas. Proses pemisahan ini dikontrol melalui kaca pengamat. b Tangki penampung minyak kayu putih Berfungsi menampung minyak kayu putih dari separator. Kapasitas 200 liter. Strategi Pemasaran Ada 2 kemungkinan segmen pasar yang dijadikan target pasar, yaitu Pasar ekspor, sebagai bahan baku industri dengan pengolahan khusus sebagai bahan setengah jadi, dan Pasar lokal, dengan produk akhir, dimana perusahaan harus melakukan proses penciptaan nilai tambah terlebih dahulu. Kedua pasar ini dapat dijadikan pilihan atau merupakan tahapan. Jika hanya merupakan pilihan saja, maka untuk kondisi saat ini sebaiknya memilih menjual ke pasar ekspor, untuk meningkatkan pendapatan, dengan kondisi khusus yaitu barang setengah jadi. Pilihan ini memberikan manfaat bagi perusahaan, karena pasar ekspor mempunyai harga yang lebih baik daripada pasar lokal, selain itu penciptaan produk dengan spesifikasi khusus dari pembeli akan memberikan nilai tambah. Apabila kedua pasar tersebut merupakan tahapan pemasaran untuk menuju penciptaan produk akhir, maka dalam jangka pendek pemasaran diorientasikan pada pasar ekspor untuk barang setengah jadi dan setelah mempunyai kesiapan, baru memasuki pasar produk akhir dengan penciptaan nilai tambah yang dilakukan sendiri. Manfaatselanjutnya dari minyak kayu putih adalah untuk penghilang rasa gatal pada kulit. Rasa gatal akibat gigitan nyamuk, semut, terkena racun dari bulu ulat, hingga jamur pada kulit. Menghilangkan bengkak juga menjadi efek yang bisa didapatkan dari pengolesan minyak kayu putih pada permukaan kulit. Bengkak karena benturan ringan, gigitan Minyak kayu putih memiliki aroma khas dan memiliki khasiat melancarkan peredaran darah. Minyak ini diperoleh melalui hasil penyulingan daun dari pohon kayu putih. Secara taksonomi pohon kayu putih termasuk marga Melaleuca, anggota dari keluarga jambu-jambuan [Myrtaceae]. Ciri khas keluarga ini adalah kulit kayunya yang mengelupas. Di Indonesia, ada dua jenis pohon kayu putih yang dikenal luas, yaitu Melaleuca cajuputi dan Melaleuca leucadendra. Anda pastinya pernah menggunakan minyak kayu putih. Minyak dengan aroma khas ini diperoleh melalui hasil penyulingan daun dari pohon kayu putih. Minyak ini biasanya kita oleskan ke kulit dan khasiatnya langsung terasa yaitu melancarkan peredaran darah dengan melebarkan pori-pori kulit, sehingga badan kita menjadi lebih hangat. Pastinya, minyak kayu putih tidak mengganggu pernafasan kulit karena sifatnya yang mudah menguap. Mengutip alodokter, khasiat utama minyak kayu putih ini adalah meredakan sakit kepala dan hidung tersumbat, mengobati luka kecil, dan meningkatkan konsentrasi. Selain bermanfaat sebagai minyak, pohon kayu putih pun memiliki kegunaan lain. Kayunya bisa untuk konstruksi maupun sebagai bahan kerajinan karena memiliki tingkat kepadatan yang cukup [kompak], kuat, warna merah muda merata, serta teksturnya halus. Manfaat lainnya adalah bagian kulit batang digunakan sebagai sambungan kayu pada pembuatan sampan dan kapal tradisional. Baca Kapur Barus, Pohon Kamper, dan Kejayaan Nusantara Minyak kayu putih dihasilkan dari pohon kayu putih melalui penyulingan daunnya. Foto Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia Dalam Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4 Desember 2013 berjudul Karakteristik Daun dan Rendemen Minyak Atsiri Lima Jenis Tumbuhan Kayu Putih karya Ary Widiyanto dan Mohamad Siarudin, diketahui bagian pohon yang paling berpotensi menghasilkan minyak kayu putih adalah daun. “Daun yang sudah dipanen, kemudian disuling untuk mendapatkan minyak kayu putih,” tulis Ary Widiyanto dan Mohamad Siarudin. Tanaman kayu putih termasuk jenis tumbuhan kormus karena tubuhnya secara nyata memperlihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok, yaitu akar [radix], batang [caulis], dan daun [folium]. Daun kayu putih dikatakan sebagai daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari atas dua bagian, yaitu tangkai daun [petiolus] dan helaian daun [lamina]. Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaian daun, bertugas menempatkan helaian daun pada posisi sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh cahaya matahari dengan intensitas sebanyak-banyaknya. Tangkai daun berbentuk bulat kecil, terdapat rambut [bulu-bulu] halus pada permukaannya. Panjang tangkai bervariasi. Sementara helaian daun tumbuh pada tiap cabang, selang seling, pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helai. Jenis ini termasuk jenis daun majemuk. Baca Terancam Punah, 30 Persen Spesies Pohon di Bumi akibat Penebangan dan Perubahan Iklim Minyak kayu memiliki banyak manfaat untuk kesehatan kita. Foto Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia Sekeluarga dengan jambu Andes Hamuraby Rozak, peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN] menjelaskan, secara taksonomi pohon kayu putih termasuk marga Melaleuca, anggota dari keluarga jambu-jambuan [Myrtaceae]. Ciri khas keluarga jambu-jambuan yang dapat mudah dikenali adalah kulit kayunya yang mengelupas. Dalam keluarga jambu-jambuan terdapat juga marga lain yang cukup terkenal yaitu Eucalyptus dan Psidium. Marga yang terakhir ini cukup banyak dikonsumsi buahnya, yaitu jenis jambu biji yang memiliki nama ilmiah Psidium guajava. “Ciri khas pada keluarga Myrtaceae adalah bentuk bunganya yang bertipe cawan dan kulitnya yang mengelupas, karena biasanya tumbuhan mengalami peremajaan kulit,” tutur Andes kepada Mongabay Indonesia, Selasa [28/9/2021]. Sesungguhnya, pohon ini mudah tumbuh dan mampu beradaptasi pada kondisi tanah yang miskin hara serta berbagai kondisi lingkungan yang beragam. Kemampuan tersebut menjadikan pohon penghasil kayu putih ini berperan sebagai tumbuhan perintis [pioneer]. Pada habitatnya, jenis Melaleuca cajuputi dapat ditemui dan tumbuh secara alami di hutan rawa. Sementara, jenis Melaleuca leucadendra tumbuh di pinggiran hutan, dekat sungai pada berbagai jenis tanah. Baca Mengenal Nothofagus, Pohon yang Menjadi Sorotan UNESCO di Papua Bunga pohon kayu putih jenis Melaleuca leucadendra. Foto Wikimedia Commons/Marwan Mohamad/CC BY-SA Jenis-jenis pohon kayu putih Di Indonesia, ada dua jenis pohon kayu putih yang kita kenal luas, yaitu Melaleuca cajuputi dan Melaleuca leucadendra. Jenis Melaleuca cajuputi berasal dari Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Maluku. Selain itu juga ditemukan di Kamboja, Myanmar, Thailand, Nugini hingga Australia Barat. Tumbuhan ini juga telah dikenalkan di Asia Timur, seperti di Taiwan, Sri Lanka, dan China. Tanaman ini pertama kali ditemukan di kawasan pantai daerah tropik lembab yang panas. Ia dapat tumbuh di berbagai kondisi lingkungan, termasuk di dataran pantai berawa, serta daerah tergenang air selama musim hujan pada kedalaman lebih satu meter. Jenis pohon ini sering digunakan untuk produksi minyak atsiri untuk obat hingga makanan dan kosmetik. Ciri khasnya seperti eukaliptus, mudah menguap jika terkena panas. Sedangkan Melaleuca leucadendra berasal dari Maluku, Nugini, Queensland hingga Australia Barat. Jenis ini juga telah dikenalkan di Gabon, Honduras, Pulau Nicobar, hingga Trinidad-Tobago. Ciri khasnya adalah memiliki kulit batang berwarna putih dan mengandung zat lignin dan melaleucin. Daunnya mengandung senyawa atsiri yang dimanfaatkan bagi dunia pengobatan. Baca juga Walabi, Minyak Kayu Putih dari Taman Nasional Wasur Pohon kayu putih di Ambon [1926]. Foto Wikimedia Commons/Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures/CC BY-SA Berumur panjang Pohon kayu putih Melaleuca cajuputi merupakan tanaman berumur panjang. Ia tumbuh cepat, walau berada di daerah tergenang air, apalagi di tanah yang berdrainase baik. Pohon ini berperawakan tinggi, mencapai 40 meter, berakar panjang dan melebar, dan kadang muncul akar adventif. Batangnya terbungkus kulit tebal dengan banyak lapisan, namun mudah dibelah sehingga sering dimanfaatkan sebagai kayu bakar dan bahan bangunan. Sementara daunnya, apabila diremas mengeluarkan aroma khas karena mengandung minyak atsiri. Bunganya berada di pucuk-pucuk ranting, berwarna putih. Saat tua, warnanya tampak merah tua keabu-abuan. Untuk buah, bentuknya bulat, berlubang, dan mengandung biji-biji sangat halus dan ringan, di dalamnya. Mengutip Balai Litbang LHK Palembang, Melaleuca cajuputi pada awal penamaan disebut Melaleuca leucadendron, dari kata Yunani yaitu melas [hitam atau gelap] dan leucon artinya putih. “Penamaan ini merujuk pada bagian cabang tanaman berwarna putih, serta batang yang terkadang berwarna hitam seperti bekas terbakar. Pohon kayu putih merupakan satu-satunya spesies dari 290 marga Melaleuca yang tumbuh di sebelah barat garis Wallacea.” Sejauh ini, produktivitas minyak kayu putih Indonesia yang rendah menyebabkan tingginya impor minyak ekaliptus, sebagai campuran minyak kayu putih, untuk mencukupi produksi minyak kayu putih dalam negeri. “Diperkirakan, kebutuhan minyak kayu putih nasional sekitar ton/tahun, sedangkan kemampuan produksi hanya 450 ton/tahun,” jelas laporan tersebut. Artikel yang diterbitkan oleh Kualitasbahan baku daun kayu putih terutama di Jawa masih rendah hanya memiliki rendemen 0,6% - 1,0%. Hasil penelitian dengan metode destilasi uap dan air kisaran rendemen minyak kayu putih antara 0, 84% sampai dengan 1,21%. (Muyassaroh, 2016) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi minyak kayu putih, yaitu: pengisian daun

BerandaMInyak kayu putih biasanya didapatkan dari daun po...PertanyaanMInyak kayu putih biasanya didapatkan dari daun pohon Melaleuca leucadendron . Bagian pada sel tumbuhan yang memiliki kemampuan dalam menyimpan minyak kayu putih adalah ...MInyak kayu putih biasanya didapatkan dari daun pohon Melaleuca leucadendron. Bagian pada sel tumbuhan yang memiliki kemampuan dalam menyimpan minyak kayu putih adalah ...VakuolaKloroplasLeukoplasKromoplasDinding selYHY. HernandezMaster TeacherMahasiswa/Alumni Universitas RiauJawabanjawaban yang tepat adalah yang tepat adalah kayu putih merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang diperoleh dari hasil penyulingan daun kayu putih. Minyak kayu putih sebagai hasil metabolit sekunder disimpan di dalam vakuola . Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah kayu putih merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang diperoleh dari hasil penyulingan daun kayu putih. Minyak kayu putih sebagai hasil metabolit sekunder disimpan di dalam vakuola. Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!7rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal! RIZQI Ini yang aku cari! Bantu banget Makasih ❤️ Mudah dimengertiYNYusup Nurul Huda Pembahasan lengkap bangetHAHikmah, A Mudah dimengerti Makasih ❤️FAFikri Athillah Fauzani Makasih ❤️©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia

Minyakkayu putih banyak digunakan hampir setiap individu di Indonesia. Minyak kayu putih merupakan minyak yang selalu ada disetiap rumah. Hal ini disebabkan karena fungsinya yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk bekas gigitan serangga, mengatasi masuk angin, mengurangi nyeri, membantu mengatasi sakit perut, dan banyak hal
Secaraekonomi, daun kayu putih dimanfatkan untuk produksi minyak kayu putih. PT Bukit Asam (Persero), Tbk telah melakukan produksi penyulingan minyak kayu putih. Menurut informasi industri pengepakan minyak kayu putih dalam Kartikawati dan Rimbawanto (2010), kebutuhan terhadap permintaan kayu putih dalam negeri
Kayuputih lembut ( Leptospermum javanicum ), atau juga dikenal dengan nama gelam bukit dan kayu papua, adalah sejenis perdu atau semak anggota suku Myrtaceae yang biasa tumbuh di tanah-tanah miskin, terutama di pegunungan. Nama-nama daerahnya, di antaranya, cantigi gunung, ki tanduk ( Sd. ); hulong, hurong ( Amb. ); dan lèlèl ( Seram selatan).
\n\n \n \n \n minyak kayu putih biasanya didapatkan dari daun pohon melaleuca
IniDia 3 Perbedaan Minyak Telon Dan Minyak Kayu Putih. Ini Dia 3 Perbedaan Minyak Telon Dan Minyak Kayu Putih. Lewati ke konten. Home; Akun; Wishlist; Menu. Home; Akun; Wishlist; Rp 0; Products search.
Minyakkayu putih didapatkan dari penyulingan daun dan cabang dari pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra, Melaleuca cajuputi). Pohon ini banyak ditemukan di Australia dan Asia Tenggara. Minyak kayu putih banyak diketahui karena efek antiseptik dan antinyerinya. Beberapa orang memanfaatkan minyak ini sebagai obat oles untuk luka dan penyakit
mengindikasikanterjadi, gelam atau kayu putih melaleuca leucadendra syn m leucadendron merupakan pohon anggota suku jambu jambuan yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih cajuput oil minyak diekstrak biasanya disuling dengan uap terutama dari daun dan rantingnya namanya diambil dari warna
SekilasTentang Oleum Eucalypti Pada Minyak Angin Cap Bunga Putih. Oleum eucalypti merupakan minyak yang di dapat dari hasil penyulingan daun segar Eucalyptus Globulus, Labill (N.O Myrtaceae) ataupun spesies Eucalyptus lainnya. Minyak ini memiliki kandungan cineol yng banyak dan sedikit phellandrene.
.